Latar belakang berdirinya Konselor Surabaya SMP Negeri 41 Surabaya

Secara psikologis, peserta didik tengah memasuki masa pubertas yakni suatu masa individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja (adolescence). Masa-masa ini akan terasa sulit bagi individu menghadapi perkembangan yang ada, peserta didik akan mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi peserta didik menunjukkan ketergantungan pada Orang Tua atau orang dewasa, sedangkan pada sisi lain peserta didik menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Peserta didik mengalami perkembangan dengan fase-fase dan tugas perkembangan sebagai berikut:

  • Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
  • Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat
  • Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria atau wanita
  • Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan social yang lebih luas
  • Mengenal kemampuan, bakat, minat serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni
  • Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat
  • Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi
  • Mengenal system etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia (Sunaryo Kartadinata, dkk, 2003)

Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan titik tolak pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah dan dasar dibentuknya kegiatan Konselor Sebaya di sekolah. Artinya, semua program bimbingan dan konseling serta arah dasar tugas Konselor Sebaya diawali dengan identifikasi tugas-tugas perkembangan ini, khusus aspek perkembangan kematangan karier yang memasuki tahap perkembangan masa eksplorasi perlu mendapatkan pendampingan baik dari Orang Tua ataupun Guru serta orang yang lebih dewasa. Konselor sebaya bukanlah konselor profesional bahkan bukan seorang ahli terapi. Akan tetapi Konselor sebaya adalah teman yang memberikan bantuan kepada teman sebaya/individu lain. Pada hakekatnya peer counseling adalah counseling through persa.