Mengapa sih harus dinilai ?

Asesmen atau penilaian merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang menyeluruh , sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya. Sehingga saat sebuah tujuan pembelajaran dicapai, akan diperoleh gambaran sejauh mana layanan pendidikan itu tercapai. Penilaian sesungguhnya tidak lagi lagi melihat seseorang itu pintar atau bodoh. Karakteristik yang berbeda setiap siswa tentu tidak bisa disamakan oleh satuan pendidikan (sekolah) dalam melihat hasil pembelajaran itu. Ada yang siswa yang kurang suka Matematika, namun sangat jago dalam bahasa Inggris sehingga tidak bisa dijustifikasi bahwa mereka termasuk siswa tak pandai hanya karena hasilnya matematika jelek. Setiap guru diberikan keleluasan dalam melakukan penilaian berdasarkan cara belajar siswa, auditory, kinestetik, dan visual, sehingga akan diperoleh gambaran dari kemampuan siswa – siswanya secara komperehensif Hasil asesmen dapat digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran .

Ada 2 jenis penilaian di dalam kurikulum merdeka. Yakni penilaian Formatif (diawal dan selama proses pembelajaran) bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan memperbaiki proses belajar. Serta sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan
satuan pendidikan

Menimalisir kecurangan, dapat dilakukan melaui beragam cara sesuai sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Pengerjan soal secara on line menggunakan Moodle, akan memaksa siswa menggunakan daya nalar otaknya berdasarkan informasi yang ia peroleh selama ini, tanpa harus terhubung ke internet . Moodle dipilih sebagai Learning Management System (LMS) SMPN 41 Surabaya tidak lepas dari keluhan pengajar saat mengetahui nilai – nilai yang muncul begitu fantastis dan sangat bias. Padahal diyakini soal – soal tersebut mempunyai tingkat kesulitan yang cukup. Ketua TIM IT SMPN 41 Surabaya, Libra Jaya Nala Wibowo, menyampaikan sebelum menggunakan LMS Moodle, SMPN 41 Surabaya telah menggunakan LMS dari Microsoft Teams. Namun seiring dengan kemampuan siswa dalam menggunakannya, muncul sikap kurang terpuji dengan mencari jawaban soal tersebut melalui internet. Ia juga mengatakan, sekitar 10 % dari jumlah siswa tidak mempunyai perangkat maupu kuota dalam mengaksesnya, sehingga memerlukan ruang komputer untuk memfasiltasnya. “Sayangnya bandwith internet sekolah tidak mendukung !” imbuhnya. Sehingga untuk tahun penilaian kali ini dilakukan secara online, tanpa terhubung ke internet.

Sumber : https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/06/Panduan-Pembelajarn-dan-Asesmen.pdf